Kementerian ESDM mendorong partisipasi industri dan masyarakat dalam mengembangkan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS).
Direktur Jenderal (Dirjen) Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) ESDM, Eniya Listiani Dewi, mengungkapkan, meskipun pembangunan PLTS saat ini masih di bawah 1GW dan target penambahan kapasitas dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2021-2030 sebesar 4.680 MW (4,68 GW) atau sebesar 700MW per tahun l, namun target PLTS dalam RUPTL 2025-2034 jauh lebih ambisius yaitu 16.6 GW.
“Kendati kapasitas PLTS yang terpasang hingga akhir tahun 2024 mencapai lebih dari 917 MWp, namun pemerintah menetapkan target kapasitas terpasang energi terbarukan sebesar 4,6 GWp hingga 16.6GW di 2034,” ungkap Eniya, usai sambutan pada seminar “Presentasi Hasil Uji Teknologi Tracking Mounting Solar PV Sebagai Salah Satu Upaya Mendukung Target Pencapaian Energi Surya dalam Pencapaian NET Zero Emission Tahun 2060 di Indonesia”, dikutip Rabu (19/2/2025).
Agar mencapai hal itu, Eniya mengharapkan peran ikut serta dari banyak pihak baik industri, perusahaan, investor, perguruan tinggi, dan masyarakat.
Sebab, partisipasi pelaku bisnis menjadi sangat penting mengingat berbagai tantangan yang dihadapi dalam mencapai target energi surya di tanah air tidak ringan.
Eniya merinci, sejumlah tantangan dimaksud antara lain adalah teknologi yang reliable, hilirisasi industri, ketrampilan teknis SDM, efisiensi ekonomi, investasi, maupun ketersediaan dan harga lahan untuk pembangunan pembangkit terutama PLTS ground mounted.
Untuk itu, Kementerian ESDM mendukung langkah ELM Inc., salah satu perusahaan energi asal Jepang yang bekerjasama dengan PT. Awina Sinergi International.
“Kami mendukung penuh aksi kedua perusahaan tersebut yang akan mengembangkan teknologi single axis tracking mounting untuk mendukung target capaian PLTS di Indonesia sehingga dapat menghasilkan energi surya lebih besar,” tegasnya.
Source: tribunnews.com