The Power Generation, Renewable Energy & Electrical Equipment ​Exhibitions

28 - 31 AUGUST 2024

Jakarta International Expo, Jakarta - Indonesia

Dekarbonisasi Industri Tingkatkan Daya Saing dan Manfaat Ekonomi

Industri menjadi salah satu sektor yang berkontribusi signifikan terhadap emisi karbon di Indonesia. Berdasarkan data di Indonesia Energy Transition Outlook (IETO) 2024, pada 2022, emisi sektor industri naik 30 persen dibandingkan 2021, mencapai lebih dari 400 juta ton setara karbon dioksida. Implementasi lima pilar dekarbonisasi industri perlu dilakukan untuk menurunkan emisi, membatasi kenaikan suhu global melebihi 1,5 derajat Celcius, serta meraup manfaat lainnya seperti meningkatkan daya saing, menekan biaya operasional dan membuka peluang pekerjaan hijau.

Kepala Pusat Industri Hijau Kementerian Perindustrian Apit Pria Nugraha menyebutkan sektor industri memainkan peran krusial dalam ekonomi, namun juga menghasilkan emisi gas rumah kaca (GRK) yang signifikan. Untuk itu, ia menekankan, kebijakan pengurangan emisi sektor industri perlu diimplementasikan secara konsisten, inklusif dan kuat.

“Salah satu upaya pengurangan emisi sektor industri dengan penerapan nilai ekonomi karbon. Saat ini kami tengah melakukan berbagai persiapan untuk dekarbonisasi, seperti merumuskan peta jalan perdagangan karbon untuk industri, Peraturan Menteri Industri (Permenperin) Perdagangan Karbon, batas atas perdagangan karbon, tata laksana perdagangan karbon dan sistem informasi terintegrasi perdagangan karbon,” ujar Apitpada pada lokakarya “Pembangunan Kapasitas Industri, Akademisi dan Pemerintah Menuju Industri yang Hijau dan Berkelanjutan” yang diselenggarakan oleh Institute for Essential Services Reform (IESR) bekerja sama dengan Kementerian Perindustrian, Kamis (20/6/2024).

Manajer Program Transformasi Energi IESR Deon Arinaldo, menyebutkan emisi sektor industri dominannya berasal dari penggunaan energi yang menggunakan batubara. Berdasarkan kajian IETO 2024, pada 2022, konsumsi energi setidaknya berkontribusi terhadap lebih dari 60 % emisi gas rumah kaca (GRK) industri, sementara lebih dari setengahnya berasal dari limbah industri.

“Dekarbonisasi industri dapat menjadi peluang bagi Indonesia untuk bergerak menuju keberlanjutan dan strategi untuk mencapai Indonesia Emas 2045 dan menjadi upaya mitigasi kenaikan suhu bumi. Komitmen dekarbonisasi industri akan membuka peluang target pasar baru dan menaikkan daya saing produk, terutama melihat masa depan yang akan bergerak ke arah produk yang lebih berkelanjutan,” ujar Deon.

Read more…

Source: Dunia-energi.com